Suara Hati Nurani Dilupakan

Oleh: Alhen

Suara hati ummat manusia pada hakekatnya sama, universal, karena bersumber dari sifat-ifat Allah Subhanahu Wata’ala.. Sifat-sifat tersebut antara lain saling mengasihi dan menyayangi, saling tolong menolong, tidak menyakiti sesama apalagi membunuh sesama.
Kenyataan saat ini sungguh mengerikan akan kesadisan, kezoliman dan kebiadaban oleh sebagian saudara-saudara kita. Kadangkala yang tidak habis fikir hal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi, berkedukukan baik dan beruang banyak
Merujuk pada firman Allah SWT, surah Al A’raf ayat 179 yang menyatakan “Sungguh, neraka jahannam untuk kebanyakan jin dan manusia. Mereka mempunyai hati yang tidak dipergunakannya untuk mengerti ( Allah SWT), mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat (kebesaran Allah), dan mereka mempunyai telinga yang tidak dipergunakan untuk mendengar (peringatan Allah SWT). Mereka bagaikan binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Dan merujuk pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan “ Ketahuilah dalam diri manusia ada segumpal daging apabila dia baik maka baiklah semuanya, dan apabila dia rusak maka rusaklah semuanya (perbuatan). Ketahuilah dia itu hati manusia”.
Berdasarkan firman Allah SWT dan hadis Nabi Muhammad SAW tersebut, sifat-sifat buruk yang sering dilakukan manusia karena hati nuraninya sudah tidak bercahaya yang bersumber Maha Penguasa, Maha Pelindung, Maha Kasing dan Sayang serta Maha dari Segala Yang Maha yaitu Allah Subhanahu Wata’ala.

Kata Hati Nurani terdiri dari dua suku kata yakni Hati dan Nurani. Hati (qalbu) sebagaimana telah dikemukakan di atas. Nurani bersala dari bahasa Arab yang berarti “cahaya mata”. Dengan demikian hati nurani berarti hati yang bercahaya atau cahaya mata hati.
Hati manusia bercahaya berarti hati manusia tersebut memperoleh hidayah dari Allah SWT. Manusia yang mendapat hidayah (petunjuk) berarti mendapat bimbingan pada jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT. Manusia yang dibimbing ke jalan yang benar dan dirihoi, perjalanan orang tersebut sesuai dengan rambu-rambu agama.. Ia akan mampu melihat yang benar (haq) itu benar dan yang salah (bathil) itu bathil. Bukan sebaliknya, yang benar (haq) dipandang salah dan yang salah (bathil) dipandang benar.
Perbuatan orang yang hatinya bercahaya, digambarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW “ perumpamaan orang mukmin seperti seekor lebah. Jika makan, ia makan makanan yang baik (halal). Jika ia hinggap, ia hinggap dengan cara baik, dan jika ia tinggal ditangkai pohon ia tidak merusaknya”.
Menurut penulis, ada tiga penyebab gelapnya hati atau hati yang tidak bercahaya:
1. Hati nurani dan akal pikirannya tidak pernah atau jarang diberikan makanan yang bersifat rohani yakni Ajaran Agama. Ajaran agama baru sebagai kulit, belum menjadi pedoman.
2. Manusia selalu mendewakan keduniaan atau materialistis
3. Manusia merasa tidak berdosa sehingga tidak pernah mohon ampun kepada Allah SWT.

Sekian, terima kasih semoga ada manfaatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al Qaradhawi, Peringatan Maulid Tidak Bid’ah

Data Ummat Islam Se Dunia

Berkaca Dari Air