Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2009

Orang Muslim Harus Kaya

Sedikit dari Banyaknya Bukti Kekayaan Sahabat Kekayaan Umar bin Khattab ra • Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp 11,2 Triliun) • Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan. • Simpanan = hutang dalam bentuk cash Kekayaan Utsman bin ‘Affan ra • Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham • Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar • Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M) Kekayaan Zubair bin Awwam ra • 50 ribu dinar • 1000 ekor kuda perang • 1000 orang budak Kekayaan Amr bin Al-Ash ra • 300 ribu dinar Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra • Melebihi seluruh kekayaan sahabat!! • Dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar 64 Milyar (40 ribu dinar) Bukan hanya sahabat utama yang kaya, namun juga rakyatnya hidup berkecukupan Pada masa Umar bin Khattab ra (10 tahun bertugas), • Mu’adz bin Jabal menuturkan di Yaman sampai kesulitan menemukan

Menimbang Manfaat yang Lebih Besar (Fiqih Muwazanat)

Fiqih Dakwah 26/5/2009 | 02 Jumadil Akhir 1430 H | Hits: 592 Oleh: DR. Surahman Hidayat -------------------------------------------------------------------------------- Adil Dalam Memilih dan Menimbang Suatu Hal dakwatuna.com - 1. Dinul Islam tidak semata-mata diturunkan, melainkan untuk kemaslahatan semesta, sebagaimana firman Allah SWT tentang misi Rasul saw. وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya:107) Firman Allah swt. yang lain: مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Maidah:6) 2. Apabila kemaslahatan untuk semua orang tidak dapat dicapai, maka perintah syari’ah adalah agar mengupayakan kemaslahatan yang lebih besar. Sebagaimana fi

Dirikanlah Shalat!

Tazkiyatun Nufus 25/5/2009 | 01 Jumadil Akhir 1430 H | Hits: 1.540 Oleh: Tim dakwatuna.com Kirim sujud1 Sujud Ketika Shalat, dan Tunduk di Luar Shalat dakwatuna.com - Setiap kewajiban yang telah dibebankan Islam kepada umatnya senantiasa memuat hikmah dan maslahat bagi mereka. Islam menginginkan terbentuknya akhlak Islami dalam diri Muslim ketika ia mengimplementasikan setiap ibadah yang telah digariskan oleh Allah swt. dalam Kitab dan Sunnah rasul-Nya. Pada akhirnya nilai-nilai keagungan Islam senantiasa mewarnai ruang kehidupan Muslim. Tidak hanya terbatas pada ruang kepribadian individu Muslim, namun nilai-nilai itu dapat ditemukan pula dalam ruang kehidupan keluarga dan komunitas masyarakat Muslim. Kita bisa merenungkan kembali ayat-ayat Allah yang berkaitan dengan hal ini, sebagaimana salah satu firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183) Melalui ibadah puasa, A

AKHLAK RASUL PADA PEMBANTUNYA

Oleh Alhenblog Bagaimanakah Nabi Muhammad SAW memperlakukan pembantu rumah tangganya? Sepanjang catatan sejarah nabi(tarikh), keluarga Nabi yang disebut "ahlul bait" mempunyai seorang khadim (pelayan) yang bernama Anas Ibnu Malik. Ia diserahkan oleh ibunya Ummu Suleim kepada Nabi pada usia 10 tahun. Pengarang Abdul Hamid Thahmaz dalam bukunya "Anas Ibnu Malik al Khadim al 'azhim wal muhibbul 'azhim (Anas Ibnu Malik pelayan/pembantu Nabi dan pencinta yang agung) menguraikan berdasarkan hadits hadits yang diterima oleh para ahli hadits dan dari Anas Ibnu Malik sendiri bagaimana Rasulullah memperlakukannya. Thahmaz meringkaskan penjelasannya sebagai berikut: Rasul memandang Anas Ibnu Malik sebagai anak yang begitu dikasihi, beliau tidak menempatkan dirinya sebagai majikan dan Anas sebagai pembantu/pelayan. Beliau berusaha membina hubungan seorang ayah dengan seorang anak. Rasulullah setiap memanggil Anas dengan panggilan "hai anakku (ya bunayya). Ya bunayya ada